VISIT BANJARBARU- Kebun Raya Banua

Video By: Nanang Galuh Banjarbaru

Perbincangan mengenai obyek wisata di Banjarbaru terkadang mentok pada pendulangan intan di Kecamatan Cempaka. Tapi itu dulu, kini ada obyek wisata altenatif yang bisa jadi pilihan menghabiskan akhir pekan. Namanya Kebun Raya Banua di kompleks Perkantoran Pemprov Kalsel Jalan Aneka Tambang.
Untuk menuju ke Kebun Raya Banua, masyarakat harus menggunakan kendaraan pribadi. Pasalnya, belum ada trayek angkutan umum menuju perkantoran Pemprov Kalsel.

Tidak ada pungutan masuk bagi siapa saja yang mengunjungi kebun raya. Para pengunjung hanya diminta kesadarannya untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Kebun Raya Banua sendiri dibangun atas inisiatif dari Pemprov Kalsel saat kepemimpinan Gubernur Kalsel Rudy Ariffin dan Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan. Luasnya mencapai 100 hektare atau seperlima dari luas perkantoran Pemprov Kalsel.

Sudah dua tahun kebun raya dibangun. Pembangunannya melibatkan dua institusi sekaligus yakni LIPI dan Kebun Raya Bogor. Kerjasama ini tertuang dari perjanjian kerjasama yang baru saja diperpanjangan dua pekan lalu. Para ahli LIPI dan Kebun Raya Bogor memantau langsung pengerjaan penanaman ribuan batang pohon.

“Dari 100 hektare, sekarang sudah 30 hektare yang digarap. Tanamannya bermacam-macam mulai dari Durian, Gaharu, Trembesi,” cetusnya. Ada beberapa zona tanaman yang ada di kebun raya. Tiga diantaranya adalah zona buah dikotil, zona atsiri dan zona tanaman obat.

Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan berharap masyarakat bisa memanfaatkan keberadaan kebun raya. Ada tiga fungsi kebun raya yang diinginkan oleh Pemprov Kalsel yakni sarana edukasi, rekreasi, dan pendidikan.
Kawasan “Kebun Raya Banua” yang diplot menempati area seluas 100 hektar, tepat di seberang kantor gubernur ini diproyeksikan menjadi wahana wisata lingkungan yang terbesar, terluas dan terlengkap di Kalimantan, sekaligus sebagai tempat penyelamatan, pengembangan dan perlindungan berbagai tanaman lokal khas daerah Kalimantan Selatan, seperti pohon kayu besi atau Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang laju kepunahannya semakin tinggi akibat degradasi lingkungan yang semakin memprihatinkan. Begitu juga dengan beberapa spesies pohon buah yang sudah langka dan telah dinyatakan punah di habitat alaminya, seperti pohon buah Kelangkala (Litsea angulata), Binjai (Mangifera caesia) dan Kasturi (Mangifera casturi) dan lain-lain.

Dari total area seluas 100 hektar, saat ini baru sekitar 30 persen yang sudah ditanami berbagai tanaman sesuai dengan ploting areanya, Untuk tanaman pepohonan (langka), rata-rata usia tanam mereka baru sekitar 3 tahun, sehingga pohon-pohon tersebut masih belum bisa memberi naungan dan keteduhan dari cuaca sekitar yang panas. Untuk pengembangan kedepan, berdasar masterplan yang telah dibuat “Kebun Raya Banua” juga akan dilengkapi dengan taman labirin seluas 8000 meter persegi, menara pandang, gazebo serta beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti halaman parkir yang representatif, pos jaga, kantor pembibitan, bangku dan meja taman dan toilet. Kemungkinan menyusul akan disediakan juga fasilitas kendaraan untuk berkeliling dan semacam penginapan berkonsep alam. Wow…!

Di area ini, terdapat beberapa taman tematik yang sudah mulai terlihat hijau dan segar dengan tanaman-tanaman bunga yang bermekaran warna-warni sebagai tanaman pagar dan pengarah, sedangkan di masing-masing area taman tematik meskipun koleksi tanaman yang ada masih relatif terbatas, tapi masing-masing area sudah terlihat hijau dan menyegarkan.

Khusus untuk taman tematik tanaman berkhasiat obat, Pulau Kalimantan merupakan salah satu surganya. Jadi tidak heran jika di area ini koleksi tanamannya relatif cukup banyak, walaupun saya belum sempat melihat tanaman berkhasiat obat paling terkenal dari Pulau Kalimantan, yaitu Tabat Barito (Ficus deltoidea) dan Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) yang dikenal sebagai tanaman berkhasiat obat yang cukup ampuh untuk mengobati berbagai penyakit.

Untuk tanaman anggrek, Pulau Kalimantan juga dikenal sebagai salah satu daerah yang meyimpan banyak spesies endemik, seperti anggrek sendok (Spathoglottis Urea), Anggrek hitam(Coelogyne pandurata), Anggrek Kantung (Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie) dll. Khusus di Kalimantan Selatan pegunungan Meratus dikenal sebagai salah satu habitat anggrek Kalimantan paling kaya. Sayangnya, karena perburuan liar dan degradasi lingkungan yang semakin masif mengakibatkan ikut punahnya beberapa spesies anggrek-anggrek langka tersebut. Anggrek Kalimantan merupakan salah satu tanaman eksotis yang harus dilindungi dan dilestarikan. Untuk itulah pengelola “Kebun Raya Banua” terus berpacu dengan waktu untuk melengkapi koleksi tanaman anggrek Kalimantan dengan berburu koleksi di berbagai tempat, termasuk di pasar-pasar penjual anggrek hutan di daerah

Melihat langsung progres pembangunan “Kebun Raya Banua” di Banjarbaru yang terus tumbuh dan berkembang, memberikan keyakinan akan masa depan tanah Kalimantan yang kembali hijau dan segar! Semoga…

Salam Hijau dari Banua

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/kebun-raya-banua-angin-segar-baru-untuk-pelestarian-flora_5782865a327b615c0a962183

#AyokeBanjarbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *